JAKARTA — Empat geopark di Indonesia telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark berdasarkan keputusan sidang ke-216 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Perancis pada Rabu (24/5/2023) silam.
Keempatnya dalah Geopark Ijen, Geopark Maros Pangkep, Geopark Merangin, dan Geopark Raja Ampat, seperti dikutip dari situs Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Geopark Merangin dalam waktu dekat akan menjadi lokasi Perkemahan Bakti Saka Kalpataru dan Wanabakti Regional Sumatera, yaitu pada September 2023 mendatang.
Perwakilan UNESCO Jakarta yang ditemui oleh Kak Bambang Sasongko (Kokok), Andalan Nasional Komisi Pengabdian Masyarakat dan Kak Ledyanita, Andalan Nasional Komisi Saka, Sako, dan Gugusdarma menyambut gembira apa yang direncanakan, Selasa, 15 Agustus 2023 lalu.
Menurut Kak Kokok, respon UNESCO sangat positif dan menyambut hangat kegiatan Pertikawan yang akan diselenggarakan di kawasan Geopark Merangin, Jambi yang rencananya akan diikuti oleh 800 peserta.
Pertikawan Regional Sumatera tahun 2023 direncanakan mengadopsi konsep Earth Tribe, World Organization of the Scout Movement (WOSM) dengan tajuk Merangin Tribe. Selain itu juga mengadopsi Sustainable Development Globals (SDGs).
UNESCO Jakarta dalam hal ini diwakili oleh Kak Gunawan Zakki National Program Officer for Education dan Kak Adhe Lignita Wulandari, Project Assistant for Water and Environmental Sciences.
“Ini tepat, ketika Youth Program dilakukan melalui Pertikawan di Merangin menjadi investasi yang luar biasa baik bagi UNESCO dan juga Merangin dalam hal ini Gerakan Pramuka,” begitu apa yang disampaikan UNESCO sebagaimana diceritakan oleh Kak Kokok pada Selasa, 22 Agustus 2023 dalam koordinasi bersama tim Pertikawan Regional.
Menurut Kak Kokok yang menyimpulkan apa yang dibahas bersama, muatan edukasi harus lebih dipertebal, karena dengan tebalnya edukasi, maka kekuatan media juga dibutuhkan. Indonesia memiliki potensi keanggotaan yang terbesar di dunia, sehingga berpeluang besar untuk mengoptimalkan hal ini.
Rekomendasi UNESCO selain edukasi adalah media. Kekuatan informasi dari Pramuka Indonesia saat ini masih lemah di kancah internasional.
“Ketika peserta pulang dari Pertikawan itu sudah berbeda habbitnya, sebagai agen perubahan pentingnya merawat lingkungan, aset dunia, melalui patrimonito,” tegas Kak Kokok yang juga diamini Kak Leidyanita.
Lebih lanjut UNESCO juga banyak berharap dengan adanya kegiatan Pertikawan Regional Sumatera ini dan siap mendukung serta berkolaborasi, tentunya dengan berkolaborasi dalam sajian yang disiapkan dalam kegiatan yang ada.
“Saya yakin, pasti akan berbeda konsepsi pertikawan yang saat ini dengan yang sebelum-sebelumnya. UNESCO juga mengapresiasi apa yang disiapkan oleh penyelenggara Pertikawan Regional Sumatera,” imbuh Kak Kokok.
Sementara itu Kak Ledyanita yang memaparkan secara langsung persiapan-persiapan Pertikawan Regional Sumatera 2023 juga menyebutkan bahwa kegiatan ini harus sama-sama didukung oleh seluruh pihak agar menjadi contoh di regional lainnya.
__
CST