CIANJUR — Melakukan aksi kemanusiaan di lokasi terdampak bencana adalah wujud nyata implementasi dari Pramuka Peduli. Seperti halnya yang dilakukan pada sepekan terakhir di Cianjur yang terdampak bencana gempa bumi.
Ratusan orang meninggal dunia, lebih dari 500 masyarakat terluka, puluhan ribu rumah rusak karena gempa bumi berkekuatan 5,6 yang terjadi pada Senin, 21 November 2022 lalu.
Sedikitnya 114 ribu lebih masyarakat mengungsi ke tempat-tempat yang aman. Meninggalkan rumah-rumah mereka yang rusak ringan, sedang, bahkan parah atau roboh sekalipun.
Kondisi ini tentu harus mendapatkan perhatian khusus selain bantuan makanan, pakaian, atau logistik lainnya. Pendampingan psikososial harus dilakukan dengan tertata, masif, dan terus menerus, agar hasil yang didapatkan bisa optimal.
Pramuka Peduli Cianjur khususnya mempunyai istilah khusus terkait pendampingan psikososial yang mereka lakukan. Kak Irwan Maulana, Wakil Ketua Kwarcab Cianjur Bidang Pembinaan Anggota Dewasa bersama para pembina dan pelatih yang tersebar di Kwartir Ranting melakukan Pangbeberah Manah.
Sebuah istilah yang menggunakan kearifan lokal masyarakat Cianjur, dengan arti bagaimana menghibur hati dan memulihkan hati yang resah. Istilah ini menjadi aksi sekaligus penyemangat bagi para Pramuka Peduli sekaligus korban untuk bangkit.
Pangbeberah Manah, menguatkan diri pribadi para korban, menjadi potensi yang luar biasa, sekaligus menjadi motivasi yang tumbuh secara natural karena kekuatan tersebut ada bersama mereka selama ini.

Diketahui sejak hari ketiga usai terjadinya bencana, Pramuka Peduli Kwarcab Cianjur telah secara bergantian memberikan pendampingan psikososial ini di 10 titik, tersebar di kwartir ranting yang ada di wilayah kwarcab Cianjur.
Kak Bambang Sasongko (Kokok) Andalan Nasional Komisi Pengabdian Masyarakat (Annas Abdimas) yang telah terjun ke lokasi menegaskan bahwa kekuatan lokal harus diangkat.
“Jangan sampai ada hasutan atau bisikan lain dari luar yang belum tentu bisa diresapi atau diterima oleh masyarakat setempat,” tegas Kak Kokok.
Pendampingan psikososial yang dilakukan dengan istilah Pangbeberah Manah di Cianjur ini menurut Kak Kokok harus berkelanjutan. Tidak hanya berhenti ketika relawan-relawan lain telah kembali ke daerahnya masing-masing.
Kak Kokok menyebutkan, harus mengoptimalkan sumber daya di Kwartir Ranting dengan dibuat struktur, model koordinasi, dan kendali yang dapat dipahami oleh semua pramuka, khususnya di Kwarcab Cianjur.
Diketahui Kak Kokok telah banyak terjun dalam penanganan bencana di berbagai daerah. Dalam penanganan bencana di Cianjur, Kak Kokok juga diberikan amanah sebagai Koordinator Tim Pramuka Peduli Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Daerah Istimewa Yogyakarta (Kwarda DIY).
Menurut Kak Kokok, kendali dari Kwartir Cabang harus disiapkan, suka tidak suka, mau tidak mau, relawan pramuka peduli akan tetap pulang ke daerahnya masing-masing, sehingga pemberdayaan di kwartir ranting perlu ditingkatkan lagi.
Kak Kokok menyampaikan bahwa pihaknya juga telah melaporkan hal ini kepada mitra Komisi Abdimas Kwarnas, antara lain Unicef, agar bagaimana memberikan dukungan terhadap kondisi di lokasi terdampak bencana gempa bumi Cianjur ini.
“Unicef mengajak Save The Children untuk memberikan fasilitasi penguatan psikososial yang akan dilaksanakan hari Minggu tanggal 4 Desember di Kwarcab Cianjur,” terang Kak Kokok.
Termasuk pula telah berkoordinasi dengan anggota Racana Universitas Indonesia yang pada Sabtu besok, 3 Desember 2022 akan memberikan beberapa hal terkait pendampingan psikososial dan treatmen khusus bagi korban.
Menurut Kak Kokok, dengan kondisi yang saat ini ada di lapangan, para relawan Pramuka Peduli Kwarcab Cianjur sebagian juga sebagai korban bencana. Sehingga konsekuensinya, Kwarnas dalam hal ini harus bisa memberikan pendampingan.
Juga berbagai proses yang berkelanjutan, Kwarnas harus menjelaskan hal-hal yang sebainya bisa dilakukan oleh Kwarcab Cianjur. Di antaranya juga berkaitan dengan Safe From Harm dan Safeguarding sesuai program dari WOSM. (cst)