JAKARTA — Kwartir Nasional dalam hal ini Komisi Pengabdian Masyarakat (Abdimas) berkolaborasi dengan Yayasan EcoNusa akan menggelar Workshop Modul Belajar Mangrove Tahun 2023.
Kegiatan dijadwalkan pada 14 November 2023 mendatang di Aula Sudirman, Taman Rekreasi Wiladatika (TRW), Cibubur, Jakarta Timur dengan melibatkan 50 peserta yang merupakan perwakilan pembina dari Kwarda DKI Jakarta, Kwarda Banten, dan Kwarda Jawa Barat.
Workshop ini menindaklanjuti perjanjian Kerjasama antara Kwarnas Gerakan Pramuka dengan Yayasan EcoNusa tentang partisipasi Anggota Gerakan Pramuka dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berkelanjutan.
Yayasan EcoNusa dan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka telah mengembangkan Modul Belajar Mangrove dan Manggrove Challenge Badge untuk Pramuka golongan Siaga, Penggalang, Penegak, dan Pandega. Modul sudah selesal disusun dan siap untuk diujicobakan.
Kolaborasi ini bermaksud untuk mengajak anggota pramuka dari seluruh wilayah di Indonesia, untuk berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Terlebih Gerakan Pramuka memandang tugas melestarikan lingkungan hidup sebagai tujuan yang perlu mendapat perhatian khusus.
Tujuan tersebut juga kembali disebutkan secara eksplisit dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) Bab II Pasal 4 bahwa Gerakan Pramuka bertujuan agar setiap anggotanya menjadi manusia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Diketahui bahwa mangrove merupakan vegetasi endemik yang hidup di antara transisi daerah laut dan daratan di kawasan pesisir, keberadaan ekosistem ini menjadi penting, dikarenakan fungsinya sebagai sabuk hijau (green belt) bagi area pesisir dan sekitarnya.
Mangrove memiliki banyak fungsi fisik, ekonomi, sosial-budaya, dan lingkungan bagi masyarakat dan kawasan pesisir. Seperti, akar-akarnya yang kokoh dapat menangkap sedimen dan mencegah abrasi, yang kemudian dapat berperan sebagai pelindung dari bencana gelombang pasang yang biasanya seringkali dihadapi mereka yang tinggal di dekat laut.
Selain itu, mangrove sendiri memiliki fungsi yang krusial dalam hal mitigasi dampak dari krisis iklim yang lebih parah. Hutan mangrove memiliki kemampuan tiga kali lipat lebih besar dalam menyerap gas rumah kaca dibanding hutan tropis.
Meski luas hutan mangrove dunia hanya satu persen dibanding hutan tropis, namun kontribusi hutan mangrove berdampak sangat besar. Melihat potensi mangrove yang sangat besar di wilayah pesisir Indonesia, Yayasan EcoNusa menginisiasi Mangrove Badge Challenge, dan bekerjasama dengan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.
Hal tersebut juga sejalan dengan misi dari Yayasan EcoNusa dalam Mengorganisir kaum muda khususnya di kawasan perkotaan untuk mendukung gerakan kedaulatan pengelolaan sumber daya alam yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dalam prosesnya, saat ini Yayasan EcoNusa bersama Komisi Abdimas telah selesai menyusun buku pegangan. (cst)